0

KALIMAT EFEKTIF

Posted by Ryas Astria on 04.47 in

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula (BPBI, 2003:91).

Definisi kalimat efektif juga diungkapkan oleh Badudu (1995) Kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh pembaca (penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penutur atau penulis. Selain itu, Badudu (1989:36) juga berpendapat, “sebuah kalimat dapat efektif apabila mencapai sasaran dengan baik sebagai alat komunikasi.” Parera (1984:42) mendefinisikan kalimat efektif adalah bentuk atau kalimat-kalimat sadar dan disengaja disusun untuk mencapai intonasi yang tepat dan baik seperti yang ada dalam pikiran pembaca atau penulis.

Kalimat efektif memiliki syarat dan pola-pola untuk membentuknya, seperti yang dikemukakan oleh Putrayasa (2007: 66) bahwa Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan informasi secara sempurna karena memenuhi syarat-syarat pembentuk kalimat efektif tersebut.
Secara garis besar, ada dua syarat kalimat efektif, yaitu
1. Syarat awal yang meliputi pemilihan kata atau diksi dan penggunaan ejaan,
2. Syarat utama yang meliputi struktur kalimat efektif dan ciri kalimat efektif.
Keraf (1984: 36) berpendapat, kalimat efektif tidak hanya sanggup memenuhi kaidah-kaidah atau pola-pola sintaksis, tetapi juga harus mencakup beberapa aspek lainnya yang meliputi, sebagai berikut:
1. Penulisan secara aktif sejumlah perbendaharaan kata (kosakata) bahasa tersebut,
2. Penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif ,
3. Kemampuan mencantumkan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan gagasan-gagasan,
4. Tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.

Ciri - Ciri Kalimat Efektif :
1. Kesepadanan (Kesatuan Gagasan)Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Menurut Putrayasa (2007: 54) kesepadanan bisa dibentuk jika ada keselarasan antara subjek-predikat, predikat-objek, dan predikat-keterangan. Sehingga kesatuan gagasan yang akan disampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh pembaca atau pendengar.Kesepadanan sebuah kalimat ditandai oleh beberapa hal, yaitu :
- - Memiliki subjek yang jelas.
Contoh : Ayah mengatakan bahwa lusa akan keluar kota.
- Memiliki Predikat yang jelas (Predikat kalimat tidak didahului kata Yang).
Contoh : Rumah saya yang terletak di kampung kebagusan RT 011/04. ·
- - Kata penghubung intrakalimat tidak boleh digunakan dalam awal kalimat tunggal.
Contoh : Dina pulang telat, karena terkena macet di jalan.
2. Keparalelan
Menurut Arifin dan Tasai ( 2006:106) keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, bila dalam suatu kalimat menggunakan bentuk nomina berarti seterusnya menggunakan nomina. Apabila bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh :- harga minyak dibekukan atau dinaikan secara luwes.
3. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu (Arifin dan Tasai 2006:106). Akan tetapi, bukan berarti menghilangkan kata atau frasa yang dapat memperjelas kalimat. Menurut Arifin dan Tasai (2006:106) kalimat hemat memiliki beberapa kriteria, yaitu :
1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek. Contoh :
Karena ia tidak diundang, ia tidak datang ke tempat itu. Perbaikannya : Karena tidak diundang, ia tidak datang ke tempat itu.
2. Penghematan dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponim kata. Contoh:
Ia memakai baju warna merah. Perbaikannya : Ia memakai baju merah
3. Penghematan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat. Contoh:
Dia hanya membawa badannya saja. Perbaikannya: Dia hanya membawa mapnya.
4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak, misalnya:
Para tamu-tamu. Perbaikannya: Para tamu
4. Kecermatan
Kecermatan adalah kalimat yang tidak menimbulkan penafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata (Arifin dan Tasai, 2006:105). Contoh : Artis yang terkenal itu mendadak sakit.
5. Kepaduan (Koherensi)Kepaduna adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga maksud atau informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah (sistematis) (Arifin dan Tasai, 2006:106). Kepaduan dalam kalimat ditandai dengan hal sebagai berikut :
1. Kalimat padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif personal. Contoh : Uang itu sudah dikembalikan.
2. Tidak menyisipkan kata diantara predikat dan objek. Contoh : Pemerintah menaikkan harga BBM sebesar 20%.
6. Kelogisan
Menurut Arifin dan Tasai, ( 2006:106), yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Contoh : Waktu dan tempat saya persilakan.
7. PENEKANANKalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat. Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah. Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting. Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan. Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
8. Kevariasian (Variety)
Ciri kevariasian akan diperoleh jika kalimat yang satu dibandingkan dngan kalimat yang lain. Kemungkinan variasi kalimat tersebut sebagai berikut.
a. Variasi dalam pembukaan kalimat
Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektifitas, yaitu dengan variasi pada pembukaan kalimat. Dalam variasi pembukaan kalimat, sebuah kalimat dapat dimulai atau dibuka dengan :
1) Frase keterangan (waktu, tempat, cara)
2) Frase Benda
3) Frase Kerja
4) Partikel Penghubung
Contoh:
a) Mang Usil dari kompas menganggap hal ini sebagai suatu isarat sederhana untuk bertransmigrasi (Frase benda)
b) Dibuangnya jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini (Frase Kerja)
c) Karena bekerja terlalu berat dia jatuh sakit (frase Penghubung)
b. Variasi dalam pola kalimat
Untuk efektifitas kalimat dan untuk menghindari suasana menoton yang dapat menimbulkan kebosanan, pola kalimat subjek – Predikat – Objek dapat diubah menjadi predikat – objek – Subjek atau yang lainnya.
Contoh :
1) Dokter muda itu belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju. (S – P- O)
2) Belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju doketr muda itu. (P – O – S)
3) Dokter muda itu oleh masyarakat desa Sukamaju belum dikenal. (S – O – P)
c. Variasi dalam jenis kalimat
Untuk mencapai efektifitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan, dapat dikatakan dalam kalimat Tanya atau kalimat perintah. Perhatikan contoh berikut.
…………………..Presiden SBY sekali lagi menegaskan perlunya kita lebih hati-hati memamakai bahan baker dan energi dalam negeri. Apakah kita menangkap peringatan tersebut?
Dalam kutipan tersebut terdapat satu kalimat yang dinyatakan dalam bentuk Tanya. Penulis tentu dapat mengatakannya dalam kalimat berita. Akan tetapi untuk mencapai efektifitas, ia memakai kalimat Tanya.
d. Variasi bentuk aktif-pasif
Perhatikan contoh berikut!
a) Pohon pisang itu cepat tumbuh. Kita dengan mudah dapat menanamnya dan memeliharanya. Lagi pula kita tidak perlu memupuknya. Kita hanya menggali lubang, menanam, dan tinggal menunggu buahnya.
Bandingkan dengan kalimat berikut!
b) Pohon pisang itu cepat tumbuh. Dengan mudah pohon pisang itu dapat ditanam dan dipelihara. Lagi pula tidak perlu dipupuk kita hanya menggali lubang, menanam dan tinggal menunggu buahnya.
Kalimat-kalimat pada paragaf (a) semuanya berupa kalimat katif, sedangkan pada paragraph (b) berupa kalimat aktif dan pasif. Dapat dikatakan, bahwa kalimat-kalimat pada paragraf (a) tidak bervariasi sedangkan paragraf (b) bervariasi, namun hanya variasi aktif – pasif.

referensi :
http://namakuaku.wordpress.com/2008/11/15/kalimat-yang-baik-dan-benar/
http://anisa-jannahunesa.blogspot.com/2008_03_01_archive.html


0

KALIMAT DASAR BAHASA INDONESIA

Posted by Ryas Astria on 05.19 in
Dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tulis, kita sebenarnya tidak mengunakan kata-kata secara lepas. Akan tetapi, kata-kata itu terangkai mengikuti aturan atau kaidah yang berlaku sehingga terbentuklah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan. Rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan itu dinamakan kalimat.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
UNSUR - UNSUR KALIMAT :
- Subjek : merupakan jawaban atas pertanyaan apa dan siapa kepada predikat.
Contoh : Aida sedang pergi. Maka subjek dari kalimat etrsebut adalah Aida.
- Predikat :
  • Menimbulkan pertanyaan apa dan siapa
  • Dapat berupa kata “adalah” atau “ialah”
  • Dapat disertai kata aspek (seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan) pada kalimat verba atau adjectiva dan modalitas (seperti ingin, hendak, dan mau) untuk menyatakan keinginan pelaku.
Contoh : Ayah sedang membaca Koran.
- Objek : Untuk predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-.

- Pelengkap : Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.

- Keterangan : Unsur kalimat yang dapat diubah-ubah posisinya. Jika dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka bukan keterangan.


POLA-POLA KALIMAT
- Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
(1) Rina / sedang memasak
S P (kata kerja)
(2) Ayahnya / seorang direktur.
S P (kata benda)
(3) Mobil itu / bagus.
S P (kata sifat)
(4) Peserta penataran ini / empat puluh orang.
S P (kata bilangan)
- Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. Misalnya:
(5) Mereka / sedang bermain / bola.
S P O
- Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Misalnya:
(6) Ayah / beternak / ayam.
S P Pel.
- Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Misalnya:
(7) Dia / mengirimi / saya / surat.
S P O Pel.
Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan keterangan. Misalnya:
(8) Mereka / berasal / dari Bandung.
S P K
- Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. Misalnya:
(9) Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
S P O K
Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1. KB + KK : Adik belajar.
2. KB + KS : Anak perempuan itu cantik.
3. KB + KBil : Harga baju itu dua puluh lima ribu rupiah.
4. KB + (KD + KB) : Tinggalnya di Palembang.
5. KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film.
6. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.
7. KB1 + KB2 : Saya adalah seorang mahasiswa
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.

referensi :

0

VARIASI BAHASA (RAGAM BAHASA)

Posted by Ryas Astria on 05.13 in
Ragam bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Keragaman / variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.
A. Ragam bahasa berdasarkan media/sarana Ragam bahasa Lisan Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.

Kelemahannya :
Lidah setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara / target komunikasi.

Contoh :
1. Saya bilang kamu harus pulang

2. Ayah lagi baca koran

3. Saya tinggal di Jakarta


Ragam bahasa tulis Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata.

Kelemahannya :
Dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa, seperti susunan kalimat, ketepatan pemilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.

Contoh :
1.
Putri mengatakan bahwa kita harus pulang
2. Ayah sedang membaca koran

3. Saya
bertempat tinggal di Bogor

B. Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur Idiolek
Variasi bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idioiek. setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing. Dialek Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu.

Contoh :
Bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya.


Kronolek atau dialek temporal Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu.

Contoh :
variasi
Bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini.

Sosiolek
Adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain scbagainya.

C. RAGAM BAHASA BERDASARKAN PEMAKAIAN (FUNGSI)
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tampak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain.

Contoh :
Misalnya bidang jurnalistik mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas; Bidang militer bersifat tegas, keras, dan disiplin; dan sebagainya.

D. RAGAM BAHASA BERDASARKAN KEFORMALAN
Ragam Beku (Frozen)

Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagainya.

Ragam Resmi (Formal)
Ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya.


Ragam Usaha (Konsultatif)

Ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi.


R
agam Santai (Casual)
Ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat dan sebagainya.
Ragam Akrab (Intimate)
Ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan tidak jelas.

E. RAGAM BAHASA BERDASARKAN SARANA
Ragam bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Misalnya, telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan dari variasi bahasa yang digunakan. salah satunya adalah ragam atau variasi bahasa lisan dan bahasa tulis yang pada kenyataannya menunjukan struktur yang tidak sama.



referensi :
-->
-->
-->


Copyright © 2009 Ryas Astria All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.