0

KERANGKA KARANGAN (OUTLINE)

Posted by Ryas Astria on 04.11 in
Pengertian :

Kerangka Karangan adalah rencana garis besar karangan berdasarkan tingkat kepentingannya, pokok-pokok yang akan dibicarakan, pedoman bagi pembaca untuk mengetahui isi suatu karangan. Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur


Manfaat Kerangka Karangan Bagi Penulis :

a. Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.

b. Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan- gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.

c. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.

d. Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.

e. Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.


Macam-macam Pola Susunan Kerangka Karangan :


A. Pola alamiah
1. Kronologis ( waktu )
Urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap – tahap kejadian. Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contohnya : Topik ( riwayat hidup seorang penulis )
- asal usul penulis
- pendidikan si penulis
- kondisi kehidupan penulis
- karir penulis

2. Spasial ( ruang )
Landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasanya di gunakan dalam tulisan – tulisan yang bersifat deskriptif .

3. Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal dengan bagian – bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian – bagian itu harus di jelaskan berturut – turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian – bagiannya itu.

B. Pola logis berdasar:

1) Klimaks – Anti Klimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol. Bila posisi yang paling penting itu berada pada akhir rangkaian maka urutan ini disebut kilimaks. Urutan yang merupakan kebalikan dari klimaks adalah anti klimaks.

2) Urutan kausal
Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab. Pada pola pertama suatu masalah dianggap sebagai sebab, yang kemudian dilanjutkan dengan perician-perincian yang menelusuri akibat-akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan-persoalan yang dihadapi umat manusia pada umumnya. Sebaliknya, bila suatu masalah dianggap sebagai akibat, yang dilandaskan dengan perincian-perincian yang berusaha mancari sebab-sebab yang menimbulkan masalah tadi, maka urutannya merupakan akibat sebab.

3) Urutan Pemecahan Masalah
Urutan pemecahan masalah dimulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut. Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut secara tuntas, penulis harus benar-benar menemukan semua sebab baik yang langsung maupun yang tidak langsung bertalian dengan masalah tadi. Setiap masalah tersebut tidak bisa hanya terbatas pada penemuan sebab-sebab, tetapi juga harus menemukan semua akibat baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kelak.

4) Umum – Khusus
Urutan umum khusus terdiri dari dua corak yaitu corak dari umum ke khusus atau corak dari khusus ke umum. Urutan yang bergerak dari umum ke khusus pertama-tama memperkenalkan kelompok-kelompok yang paling besar atau yang paling umum kemudian menelusuri kelompok- kelompok kecil atau khusus. Urutan khusus umum merupakan kebalikan dari urutan diatas.

5) Urutan Familiaritas
Dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang dikenal atau belum dikenal. Dalam keadaan-keadaan tertentu cara ini misalnya diterapkan dengan mempergunakan analogi.

6) Urutan Akseptabilitas
Urutan ini mirip dengan urutan familiaritas, hanya saja urutan ini mempersoalkan apakah suatu gagasan itu diterima atau ditolak oleh para pembaca, apakah disetujui atau tidak oleh para pembaca.


Sistem penomoran kerangka karangan :

Dalam penomoran Angka dan Abjad dalam Bahasa Indonesia harus diperhatikan beberapa hal berikut yaitu :

Romawi Kecil
Penomoran dengan memakai romawi kecil dipakai untuk halaman judul, abstrak, kata pengantar atau prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar singkatan dan lambang.

Romawi besar
Angka Romawi besar digunakan untuk menomori tajuk bab (bab pendahuluan, bab teoretis, bab metode dan objek penelitian, bab analisis data, dan bab penutup).

Penomoran dengan Angka Arab
Penomoran dengan angka Arab (0―9) dimulai bab I sampai dengan daftar pustaka.

Letak Penomoran
Setiap penomoran yang bertuliskan dengan huruf kapital, nomor halaman diletakkan atau berada di tengah-tengah, sedangkan untuk nomor selanjutnya berada di tepi batas (pias) kanan atas.

Sistem Penomoran
Sistem penomoran dengan angka arab mempergunakan sistem digital. Angka terakhir dalam sistem digital tidak diberikan titik seperti :
1.1 Latar Belakang Masalah,
3.2.2 Sejarah dan Perkembangan PT Telkom.
Akan tetapi, bila satu angka diberi tanda titik seperti :
1. Pendahuluan,
2. Landasan Teori dll. (dalam makalah).
Apabila ada penomoran sistem digital antara angka Arab dengan huruf, harus dicantumkan titik seperti :
3.2.2.a. Sistem penomoran pada dasarnya mengikuti kaidah Ejaan yang Disempurnakan.

Sistem Campuran Huruf dan Angka.
I . Angka Romawi Besar untuk BAB
A. Huruf Romawi Besar untuk Sub Bab
1. Angka Arab besar
a. Huruf Romawi Kecil
i. Angka Romawi Kecil
(a) Huruf Romawi Kecil Berkurung
(1) Angka Arab Berkurung

2. Sistem Angka Arab (dengan digit). Letak tipografinya sbb :
1.
1.1
1.1.1
1.1.1.1

2.
2.1
2.1.1
dst.



Sumber :
pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files.../99009-3-742122286959.doc
http://sitompulke17.wordpress.com/2009/12/22/outlinekerangka-karangan/

0

TOPIK, TEMA, DAN JUDUL

Posted by Ryas Astria on 01.25 in
Topik, tema, dan judul pada dasarnya hampir sama maknanya, yaitu pokok pembicaraan dalam diskusi atau dialog, pokok pikiran suatu karangan, dan nama yang digunakan untuk makalah atau buku atau gubahan sajak. Untuk jelasnya, marilah kita kutip apa yang dikemukakan oleh Pusat Bahasa lewat Kamus Besar Bahasa Indonesia, sbb.

* Topik
1. Pokok pembicaraan dalam diskusi, ceramah, karangan, dsb; bahan diskusi.
2. Hal yang menarik perhatian umum waktu akhir-akhir ini; bahan pembicaraan.
* Tema
Pokok pikiran, dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak, dsb)
* Judul
1. Nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang dapat menyiratkan secara pendek isi buku atau bab itu.
2. Kepala karangan (cerita, drama; tajuk). Berjudul berarti berkepala karangan; bertajuk.

DEFINISI

Topik :
Topik adalah berasal dari bahasa Yunani “topoi” yang berarti tempat, dalam tulis menulis bebarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu artikel. Ciri utama dari topik adalah cakupannya atas suatu permasalahan masih bersifat umum dan belum diuraikan secara lebih mendetail. Topik merupakan salah satu unsur yang penting dalam wacana percakapan.

Tema :
Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema adalah sesuatu yang menjiwai cerita atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Dalam tema tersirat amanat atau tujuan pengarang menulis cerita. Tema dalam cerpen dapat terjabar dalam setiap satuan peristiwa dalam cerita, misalnya melalui tingkah laku atau jalan hidup pelakunya. Tema juga dapat berarti ide dasar, ide pokok atau gagasan yang menjiwai seluruh karangan yang disampaikan.

Judul :
udul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersipat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan.

Topik, Tema, dan Judul yang Baik

Topik
Secara umum syarat topik yang baik yaitu:

1). Menarik untuk ditulis dan dibaca.
Topik yang menarik bagi penulis akan meningkatkan kegairahan dalam mengembangkan penulisannya, dan bagi pembaca akan mengundang minat untuk membacanya.

2). Dikuasai dengan baik oleh penulis minimal prinsip-prinsip ilmiah.
Untuk menghasilkan tulisan yang baik, penulis harus menguasai teori-teori (data sekunder), data di lapangan (data primer). Selain itu, penulis juga harus menguasai waktu, biaya, metode pembahasan, bahasa yang digunakan, dan bidang ilmu.

3). Menarik perhatian, yaitu yang mampu menimbulkan rasa ingin tahu dari pembaca.

4). Tidak terlalu luas, yaitu topic yang dibuat tidak boleh terlalu luas karena nantinya akan menimbulkan karangan yang tidak pada intinya atau terlalu panjang lebar.

5). Tidak terlalu sempit, yaitu topik yang dibuat tidak boleh yang tidak dapat dikembangkan atau terlalu sempit untuk dapat dikembangkan menjadi sebuah karangan atau karya tulis.

6). Bahan-bahannya mudah diperoleh, yaitu sebuah tema yang baik harus dapat dipikirkan apakah bahannya cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila cukup tersedia, hal ini memungkinkan penulis untuk dapat memperolehnya kemudian mempelajari dan menguasai sepenuhnya.

7). Topik tersebut harus mencakup keseluruhan isi tulisan, yaitu mampu menjawab pertanyaan akan masalah apa yang hendak ditulis.

Tema
Syarat - syarat tema yang baik adalah :
1). Tema harus menarik perhatian penulis
2). Harus diketahui atau dipahami penulis
3). Harus bermanfaat
4). Tema yang dipilih harus berada disekitar kita
5). Harus menarik
6). Ruang lingkupnya sempit dan terbatas
7). Memiliki data dan fakta yang efektif
8). harus memiliki sumber acuan.

Judul
Syarat - syarat judul yang baik hendaknya :
1). Relevan dengan tema dan bagian-bagian dari tulisan tersebut.
2). Menimbulkan rasa ingin tahu orang lain untuk membaca tulisan itu (bersifat provokatif).
3). Tidak mempergunakan kalimat yang terlalu panjang, jika judul terlalu panjang, dapat dibuat judul utama dan judul tambahan (subjudul).



Sumber :
http://ita-kyu-kiyut.blogspot.com/2010/01/ragam-bahasa-tugas-kelompok.html
http://blogkublogku.blogspot.com/2009/11/syarat-topik-yang-baik-pembatasan.html

0

PARAGRAF / ALINEA

Posted by Ryas Astria on 21.16 in
*Pengertian Paragraf / Alinea :

Alinea atau Paragraf adalah suatu kumpulan kalimat yang saling berkaitan yang membentuk sebuah gagasan. Paragraf disebut juga dengan alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Demikian pula dengan paragraf berikutnya mengikuti penyajian seperti paragraf pertama.

* Syarat Sebuah Paragraf
Di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni :
1. Kalimat Pokok
Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.

2. Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.

* Bagian-Bagian Suatu Paragraf yang Baik
A. Terdapat ide atau gagasan yang menarik dan diperlukan untuk merangkai keseluruhan tulisan.

B. Kalimat yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan berhubungan dengan wajar.

*Syarat - Syarat Paragraf yang Baik
1. Kepaduan Paragraf
Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf. Rangkaian - rangkain kalimat dalam suatu paragraf harus saling terkait sehingga logis dan serasi, maka digunakan penghubung untuk membuat kalimat saling berkaitan.

2. Kesatuan Paragraf
Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Setiap paragraf memiliki satu pokok pikiran atau gagasan yang diwujudkan dalam kalimat utama. Kalimat utama yang diletakkan di awal paragraf disebut dengan paragraf deduktif, sedangkan kalimat utama yang diletakkan di akhir paragraf disebut dengan paragraf induktif.

3. Kelengkapan Paragraf
Setiap paragraf dikatakan lengkap, apabila dalam paragraf tersebut memiliki kalimat utama dan diikuti kalimat-kalimat penjelas yang menunjukan pokok pikiran atau kalimat utama. Ciri-ciri kalimat penjelas yaitu berisi penjelasan berupa rincian, keterangan, contoh dll.

*Unsur-unsur kebahasan :
- Repetisi : pengulangan kata-kata yang dianggap cukup penting atau menjadi topik pembahasan.

- Kata ganti : kata yang dipakai untuk menggantikan subyek pembicaraan.
Macam-macam kata ganti :
a. kata ganti orang pertama (I) : aku, saya, ku,
b. kata ganti orang kedua (II) : kamu, mu, kamu sekalian,
c. kata ganti orang ketiga (III) : Anda, Dia, Beliau,mereka, nya.

- Kata transisi : kata yang berada di antara kata ganti dan kata repetisi.
Macam-macam kata transisi :
a. berhubungan dengan pertambahan;
b. berhubungan dengan perbandingan;
c. berhubungan dengan pertentangan;
d. berhubungan dengan tempat;
e. berhubungan dengan tujuan;
f. berhubungan dengan waktu;
g. berhubungan dengan singkatan

* Macam - Macam Paragraf
Paragraf memiliki banyak ragamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu dari paragraf yang lain berdasarkan kelompoknya,yaitu : berdasarkan posisi kalimat topiknya, berdasarkan sifat isinya, dan berdasarkan fungsinya dalam karangan.

1). Berdasarkan posisi kalimat topiknya
Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagi sebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapa dibedakan atas empat macam, yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif (campuran), paragraf penuh kalimat topik (deskriptif / naratif).

A. Paragraf Deduktif
Adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak di awal paragraf, yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).

B. Paragraf Induktif
Adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak di akhir paragraf, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan (urutan khusus-umum).

C. Paragraf Deduktif-Induktif (Campuran)
Adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak pada kalimat pertama dan kalimat terakhir, maka terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.

D. Paragraf penuh kalimat topik (Deskriptif / Naratif)
Paragraf yang gagasan utamanya tersebar di seluruh kalimat. Dengan kata lain tidak memiliki kalimat utama. Kondisi seperti itu dapat terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama - sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian - uraian bersifat deskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.

2). Berdasarkan sifat isinya :

A. Paragraf Persuasi
Merupakan paragraf yang berisi himbauan atau ajakan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang diharapkan oleh penulisnya. Oleh sebab itu, biasanya disertai penjelasan dan fakta-fakta sehingga meyakinkan dan dapat mempengaruhi pembaca. Paragraf persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan, terutama majalah dan koran. Sedangkan paragraf argumentasi, deskripsi, dan eksposisi umumnya dipakai dalam karangan ilmiah seperti : buku, skripsi, makalah, dan laporan. Paragraf naratif sering dipakai untuk karangan fiksi seperti : cerpen dan novel.

B. Paragraf Argumentasi
Adalah paragraf yang membuktikan suatu kebenaran. Untuk memperkuat ide atau pendapat disertakan data pendukung. Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang disampaikan penulis.

C. Paragraf Narasi
Adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa. Dalam paragraf narasi terdapat alur cerita, tokoh, setting, dan konflik. Paragraf naratif tidak memiliki kalimat utama.

D. Paragraf Eksposisi
Merupakan sebuah paparan atau penjelasan. Jika ada paragraf yang menjawab pertanyaan apakah itu? Dari mana asalnya? Paragraf tersebut merupakan sebuah paragraf eksposisi. Eksposisi adalah karangan yang menyajikan pengetahuan atau informasi. Tujuannya, pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang jelas.

E. Paragraf Deskripsi
Adalah rangkaian kalimat yang disusun secara sistematis dan logis sehingga membentuk kesatuan pokok pembahasan.

3). Berdasarkan Fungsinya dalam Karangan
Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :

- Paragraf Pembuka
Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan. Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus difungsikan untuk :
1. Menghantar pokok pembicaraan.
2. Menarik minat pembaca.
3. Menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.

Setelah memiliki ketiga fungsi di atas dapat dikatakan paragraf pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka, yaitu :
1. Kutipan, peribahasa, anekdot.
2. Pentingnya pokok pembicaraan.
3. Pendapat atau pernyataan seseorang.
4. Uraian tentang pengalaman pribadi.
5. Uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan.
6. Sebuah pertanyaan.

2) Paragraf Pengembang
Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini di dalam karangan dapat difungsikan untuk:
1. Mengemukakan inti persoalan.
2. Memberikan ilustrasi.
3. Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya.
4. Meringkas paragraf sebelumnya.
5. Mempersiapkan dasar bagi simpulan.

3)Paragraf Penutup
Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :
1. Sebagai bagian penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu panjang.
2. Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian.
3. Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya.

* Metode Pengembangan Paragraf

1. Pola Klimaks - Antiklimaks
Pengembangan paragraf secara klimaks dilakukan dengan cara menyajikan gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap sebagai gagasan bawahan, kemudian diakhiri dengan gagasan yang paling tinggi/atas/kompleks kedudukannya atau kepentingannya. Sebaliknya, pengembangan paragraf secara antiklimaks dilakukan dengan terlebih dulu gagasan yang dianggap paling tinggi/atas/kompleks kedudukannya atau kepentingannya, baru diikuti dengan gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap sebagai gagasan bawahan, gagasan yang dianggap kurang penting atau rendah kedudukannya.

2. Pola Sudut Pandangan / Point of View
Pola sudut pandang adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan tempat atau posisi seorang penulis dalam melihat sesuatu. Pola sudut pandang tidak sama dengan pola spansial. Dalam pola ini penggambaran berpatokan pada posisi atau keberadaan penulis terhadap objek yang digambarkannya itu. Untuk menggambarkan sesuatu tempat atau keadaan, pertama-tama penulis mengambil sebuah posisi tertentu. Kemudian, secara perlahan-lahan dan berurutan, ia menggambarkan benda demi benda yang terdapat dalam tempat itu, yakni mulai dari yang terdekat kepada yang terjauh.

3. Pola Proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau urutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Untuk menyusun sebuah proses, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1) penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh.
2) penulis harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya.
3) penulis menjelaskan tiap urutan itu ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh prose dengan jelas.

4. Pola Perbandingan
Pengembangan paragraf dengan cara perbandingan biasa menggunakan ungkapan, seperti : seruan dengan, seperti halnya, demekian juga, sama dengan, sejalan dengan, akan tetapi, sedangkan, dan sementara itu.

5. PolA Pertentangan
Pengembangan paragraf dengan cara pertentangan biasanya menggunakan ungkapan. Ungkapan seperti berbeda dengan, sedangkan, lain halnya dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang dari.

6. Pola Analogi
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang di jelaskan dengan objek lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan.

7. Pola Contoh
Kata seperti, misalnya, contonya, dan lain - lain adalah ungkapan ungkapan dalam pengembangan dalam mengembangkan paragraf dengan contoh atau memberikan contoh agar mudah dipahami.

8. Pola Kausal
Cara sebab akibat sering disebut dengan kausalitas. Pengembangna paragraf cara ini dapat dilakukan dengan menyajikan sebab sebagai gagasan pokok/utama baru diikuti akibatnya sebagai gagasan penjelas, atau sebaliknya disajikan akbiat sebagai gagasan pokok utama diikuti dengan penyebabnya sebagai gagasan penjelas.

9. Pola Umum - Khusus / Khusus - Umum
Paragraf yang dikembangkan secara umum ke khusus berupa paragraf yang dimulai dengan gagasan umum yang biasanya merupakan gagasan utama, kemudian diikuti dengan gagasan khusus sebagai gagasan penjelas atau rincian. Paragraf yang dikembangkan dengan cara umum ke khusus ini biasa disebut dengan paragraf deduktif. Paragraf yang dikembangkan secara khusus ke umum berupa paragraf yang dimulai dengan gagasan khusus sebagai gagasan penjelas atau rincian, kemudian diikuti dengan gagasan umum yang biasanya merupakan gagasan utama. Paragraf yang dikembangkan dengan cara khusus ke umum ini biasa disebut dengan paragraf induktif.

10. Pola Klasifikasi
Cara klasifikasi biasanya dilakukan dengan penyajian gagasan pokok/utama kemudian diikuti dengan gagasan penjelas secara rinci. Gagasan penjelas merupakan kalsifikasi dari gagasan utamanya. Misalnya, gagasan utama A, memiliki gagasan penjelas yang dapat diklasifikasikan menjadi X dan Z.

11. Pola Definisi Luas
Adalah, yaitu, ialah, merupakan adalah kata kata yang di gunakan dalam mengembangkan paragraf dengan cara definisi.


Sumber :
http://www.scribd.com/doc/29754000/Pengertian-Paragraf
http://ellopedia.blogspot.com/2010/09/paragraf.html
http://jhonyirwanto.blogspot.com/2009/12/bahasa-indonesia-paragraf-alinea.html
http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/pola-pengembangan-paragraf/



Copyright © 2009 Ryas Astria All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.