0

Karya Ilmiah dan Non Ilmiah

Posted by Ryas Astria on 05.52 in
Karya Ilmian dan Non Ilmiah

Karya Ilmiah
Pengertian:
Karya ilmiah (bahasa Inggris: scientific paper) adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.

Karya ilmiah ditulis dengan bahasa yang konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis dan dan didukung fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya.

Karya ilmiah mempunyai ciri-ciri yaitu:
  1. Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (factual objektif). Artinyasesuai dengan objek yang diteliti.
  2. Bersifat metodis dan sistematis
  3. Menggunakan ragam bahasa ilmiahyang baku dan formal, bahasanya bersifat lugas agar tidak menimbulkan penafsitan dan makna ganda.
  4. Empiris, informasi yang disampaikan bersifat faktual yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan, kajian pustaka, penelitian.
  5. Sistematis, adanya keteraturan, keterkaitan, dan ketergantungan antarbagian.
  6. Objektif, bebas dari prasangkan perorangan/pribadi.
  7. Analitis, berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian yang lebih rinci.
  8. Verifikatif, mengandung kebenaran ilmiah yang dapat diuji.

Sikap Ilmiah:
Ada tujuh sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh setiap penulis atau peneliti, yaitu :
1. Sikap Ingin Tahu, apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya, maka ia beruasaha mengetahuinya. Senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa.

2. Sikap Kritis, tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan. Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain. Bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.

3. Sikap obyektif, melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.

4. Sikap ingin menemukan, selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru. Selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.

5. Sikap menghargai karya orang lain, tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.

6. Sikap tekun, tidak bosan mengadakan penyelidikan. Bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan. Tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum selesai. Terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.

7. Sikap terbuka, bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.

Macam-macam Karya Ilmiah:
1. Artikel Ilmiah Popular
Dinamakan ilmiah populer karena ditulis bukan untuk keperluan akademik tetapi dalam menjangkau pembaca khalayak. Karena itu aturan-aturan penulisan ilmiah tidak begitu ketat. Artikel ilmiah popular biasanya dimuat di surat kabar atau majalah. Artikel dibuat berdasarkan berpikir deduktif atau induktif, atau gabungan keduanya yang bisa ‘dibungkus’ dengan opini penulis.

Contoh kata ilmiah kata popular :
  • Analogi kiasan
  • Anarki kekacauan
  • Bibliografi daftar pustaka
  • Biodata biografi singkat
  • Definisi batasan

2. Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah, bisa ditulis secara khusus, bisa pula ditulis berdasarkan hasil penelitian seperti skripsi, tesis, disertasi, atau penelitian lainnya dalam bentuk lebih praktis. Artikel ilmiah dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah. Kekhasan artikel ilmiah adalah pada penyajiannya yang tidak panjang lebar tetapi tidak megurangi nilai keilmiahannya.

3. Disertasi
Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat Doktor. Gelar Doktor (Ph.D) dimungkinkan manakala mahasiswa (S3) telah mempertahankan disertasi dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang terdiri dari profesor atau Doktor dibidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci.

4. Tesis
Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Mahasiswa melakukan penelitian mandiri, menguji satu atau lebih hipotesis dalam mengungkapkan ‘pengetahuan baru’.

5. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Bobotnya 6 satuan kredit semster (SKS) dan dalam pengerjakannya dibantu dosen pembimbing. Dosen pembimbing berperan ‘mengawal’ dari awal sampai akhir hingga mahasiswa mampu mengerjakan dan mempertahankannya pada ujian skripsi.
Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.

6. Kertas Kerja
Kertas kerja pada prinsipnya sama dengan makalah. Kertas kerja dibuat dengan analisis lebih dalam dan tajam. Kertas kerja ditulis untuk dipresentasikan pada seminar atau lokakarya, yang biasanya dihadiri oleh ilmuwan. Pada ‘perhelatan ilmiah’ tersebut kertas kerja dijadikan acuan untuk tujuan tertentu. Bisa jadi, kertas kerja ‘dimentahkan’ karena lemah, baik dari susut analisis rasional, empiris, ketepatan masalah, analisis, kesimpulan, atau kemanfaatannya.

7. Makalah
Makalah, dalam tradisi akademik, adalah karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling ‘soft’ dari jenis karya ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau bahasan keilmuannya, adakalanya lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh ilmuwan dibanding skripsi mahasiswa.

Karya Non Ilmiah
Pengertian:
Karya non ilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum, ditulis berdasarkan fakta pribadi, umumnya bersifat subyektif, gaya bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan popular.

Ciri-ciri Karangan Non Ilmiah :

1. Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum.

2. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif.

3. ahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.

Karya non ilmiah bersifat, yaitu :
1. Emotif
Kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.

2. Persuasi
Penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informatif.

3. Deskriptif
Pendapat pribadi, sebagian imajinasi dan subjektif.

4. Kritik tanpa dukungan bukti.

Macam-macam Karya Non Ilmiah
1. Dongeng
Merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, diakhir cerita biasanya mengandung pesan moral.

2. Cerpen
Suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek yang cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.

3. Novel
Sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita.

4. Drama
Adalah suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh actor.

5. Roman
Adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.




Referensi :
http://www.scribd.com/doc/44371308/Karya-Ilmiah-Dan-Non-Ilmiah-docx-by-Elvin
http://id.wikipedia.org/wiki/Karya_ilmiah
http://fuad30.blog.friendster.com/
http://noorifada.files.wordpress.com/
http://skinhead4life-carigaragara.blogspot.com/2010/03/hakikat-karya-ilmiah-ciri-ciri-karya.html
http://noorifada.files.wordpress.com/2008/09/2-mpi-karya-ilmiah.pdf

1

Penalaran Deduktif

Posted by Ryas Astria on 00.00 in
Penalaran adalah suatu proses berpikir untuk menghubung-hubungkan data atau fakta-fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Supaya kesimpulan itu benar, cara kita menghubung-hubungkan data tidak boleh sembarangan.
Penalaran dibagi menjadi dua, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Pada kesempatan ini saya akan membahas penalaran deduktif.


Penalaran Deduktif


Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip, hukum, atau putusan lain yang berlaku umum untuk suatu hal atau gejala. Berdasarkan atas prinsip umum tersebut, kita dapat menarik simpulan tentang suatu yang khusus yang merupakan bagian dari hal atau gejala. Penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang umum kepada yang khusus.

Jadi, Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Penalaran deduksi tergantung pada premisnya ( proposisi tempat menarik kesimpulan ). Artinya, jika premisnya salah, mungkin akan membawa kita pada hasil yang salah. Begitu juga sebaliknya. Penarikan kesimpulan secara deduktif, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Dalam penalaran deduktif terdapat premis. Yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan.

• MENARIK SIMPULAN SECARA LANGSUNG
Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis. Dengan cara :
  • konversi,
  • obversi, dan
  • kontraposisi
Contoh kalimat :
- Semua ikan bernafas melalui insang. ( premis )
- Semua yang bernafas melalui insang adalah ikan. ( simpulan )

• MENARIK SIMPULAN SECARA TIDAK LANGSUNG
Penarikan ini ditarik dari dua premis. Premis pertama adalah premis yang bersifat umum, sedangkan yang kedua adalah yang bersifat khusus.
Contoh :
- My : Semua mahasiswa Universitas Gunadarma harus mengisi KRS.
- Mn : Rias Astria adalah mahasiswa Universitas Gunadarma.
- K : Rias Astria harus mengisi KRS.

Jenis penalaran deduksi yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu
  • Silogisme Kategorial;
  • Silogisme Hipotesis;
  • Silogisme Alternatif;
  • Entimen.
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yagn menghubungkan dua proposisi yang berlainan untuk memperoleh inferensi yang menjadi pernyataan ketiga. Kedua proposisi yang telah ada disebut premis sedangkan proposisi yang dihasilkan dari inferensi disebut konklusi.

Proposisi : Pernyataan
Inferensi : simpulan yang disimpulkan
Konklusi : kesimpulan yang diperoleh berdasarkan metode berfikir induktif atau deduktif

Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.

Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus :Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.

Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai berikut:
  • Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
  • Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
  • Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
  • Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
  • Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
  • Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
  • Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
  • Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.

Contoh silogisme Kategorial:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA

My : Tidak ada manusia yang kekal
Mn : Socrates adalah manusia
K : Socrates tidak kekal

My : Semua mahasiswa memiliki ijazah SLTA.
Mn : Amir tidak memiliki ijazah SLTA
K : Amir bukan mahasiswa

Kaidah-kaidah Silogisme Kategorial :
1. Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti:
Semua yang dibeli berkualitas bagus
Sebagian barang tidak berkualitas bagus,
Jadi Sebagian barang tidak harus dibeli
(Kesimpulan tidak boleh: Semua barang tidak harus dibeli).

2. Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:
Semua penjahat harus dihukum.
Sebagian narapidana adalah penjahat,
Jadi, Sebagian penjahat harus dihukum.
(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian penjahat tidak dihukum)

Dari dua premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil kesimpulan.
Beberapa politikus tidak jujur.
Banyak cendekiawan adalah politikus,
Jadi, banyak cendekiawan tidak jujur.

3. Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak mendapat kesimpulan apa pun, karena tidak ada mata rantainya hubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpul diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah.
Kerbau bukan barang.
Kucing bukan barang
.….. (Tidak ada kesimpulan)

4. Paling tidak salah satu dari term penengah haru: (mencakup). Dari dua premis yang term penengahnya tidak term menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti:
Semua ilmuwan bertangan dingin.
Albert Einstein bertangan dingin
Jadi, Albert Einstein adalah ilmuwan.
(Padahal bisa juga ilmuwan lain)

5. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti
Kerbau adalah binatang.
Kambing bukan kerbau.
Jadi: Kambing bukan binatang.
(‘Binatang’ pada konklusi merupakan term negatif sedang-kan pada premis adalah positif)

6. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna maka kesimpulan menjadi lain, seperti:
Bulan itu bersinar di langit.
Januari adalah bulan.
Jadi: Januari bersinar di langit.
(Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis mayorberarti planet yang mengelilingi bumi).

7. Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term menengah ( middle term ), begitu juga jika terdiri dari dua atau lebih dari tiga term tidak bisa diturunkan konklusinya.

Silogisme Hipotesis: Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.

My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati.
Mn : Makhluk hidup itu mati.
K : Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.

Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotesis:
1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya memakai payung.
Sekarang hujan.
Jadi saya memakai payung.

2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila cerah, matahari akan bersinar.
Sekarang matahari telah bersinar.
Jadi .

3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.

4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Kaidah-kaidah Silogisme Hipotesis:
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.

Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen .engan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan berikut:
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.( benar = terlaksana)
Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan tidak membubung tinggi (tidak sah = salah)
Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau faktor lain.

Silogisme Alternatif : Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
K : Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung.

Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus, jadi
la bukan tidak lulus.

Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
Hasan di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi di pasar.

Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu:
1) Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain, seperti:
la berada di luar atau di dalam.
Ternyata tidak berada di luar.
Jadi ia berada di dalam.
Ia berada di luar atau di dalam.
ternyata tidak berada di dalam.
Jadi ia berada di luar.

2) Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain, seperti:
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di masjid.
Jadi ia tidak berada di sekolah.
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di sekolah.
Jadi ia tidak berada di masjid.

Kaidah-kaidah Silogisme Disyungtif:
1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid, seperti :
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata berbaju putih.
Jadi ia bukan tidak berbaju putih.
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata ia tidak berbaju putih.
Jadi ia berbaju non-putih.

2. Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar), seperti:
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah pelaut.
Jadi bukan guru

b. Bila premis minor mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah), seperti:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Budi menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa j’adi ia seorang pedagang).

Entimem
Silogisme jarang kita temukan di dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga dalam wujud tulisan. Bentuk yang biasa kita temukan adalah bentuk entimem. Entimem ini pada dasarnya adalah silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena telah diketahui bersama. Entimem diketahui pula sebagai silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu telah diketahui secara umum. Silogisme dapat dijadikan entimen, dan entimem dapat dijadikan silogisme. Perhatikan contoh berikut.
(1) [1] Semua sarjana adalah orang cerdas.
[2] Roni adalah seorang sarjana.
[3] Jadi, Roni adalah orang cerdas.

Bandingkan dengan
(2) Roni adalah orang cerdas karena ia (adalah) seorang sarjana.
Atau dari entimen menjadi silogisme, seperti pada contoh berikut.
(1) Saya telah melahirkan anak ini, karena itu saya berkewajiban merawatnya.
menjadi
(2) [1] Semua perempuan melahirkan anak.
[2] Saya perempuan.
[3] Jadi, saya melahirkan anak.

Atau (3) [1] Semua yang melahirkan anak berkewajiban merawatnya.
[2] Saya melahirkan anak.
[3] Jadi, saya berkewajiban merawatnya.

Perhatikanlah ada premis yang dihilangkan, yakni premis mayor, karena telah diketahui bersama. Premis mayor ini tidak diungkapkan, karena telah diketahui bersama, sehingga entimen terdiri atas dua kalimat, seperti pada contoh di atas, yakni:
(4) [1] Saya telah melahirkan anak ini.
[2] (karena itu) saya berkewajiban merawatnya.

Simpulan ditandai dengan diksi: karena itu pada contoh tersebut. Di dalam simpulan antara lain digunakan diksi: (oleh) karena itu, dengan demikian, jadi, dan maka.


referensi :
http://andriksupriadi.wordpress.com/2010/04/01/pengertian-silogisme/
Penalaran_sebagai_cara_merumuskan_masalah.doc
Penalaran.ppt
INDO1.pdf






0

Penalaran Induktif

Posted by Ryas Astria on 21.57 in
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
  • Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
  • Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

Penalaran Induktif

Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut induksi. Penalaran induksi dapat digambarkan dalam diagram berikut


Penalaran Induktif dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Generalisasi

Pada penalaran ini kita memerlukan fakta-fakta yang bersifat khusus tentu saja memiliki kesamaan, kemudian kita hubung-hubungkan sehingga mendapatkan kesimpulan.

Contoh :
Emas apabila dipanaskan memuai. Perak apabila dipanaskan memuai. Perunggu apabila dipanaskan memuai. Begitu pula dengan besi, alumunium, platina, apabila dipanaskan memuai. Semua jenis logam dipanaskan memuai.

Macam-macam Generalisasi :
Dari segi kuantitas fenomena yang menjadi dasar penyimpulan, generalisasi dibedakan menjadi 2, yaitu :
Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
contoh :
Jika ada air, manusia akan hidup.
Jika ada air, hewan akan hidup.
Jika ada air, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada air mahkluk hidup akan hidup

Generalisasi Tidak Sempurna
Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.
contoh : Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.

Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
2. Sampel harus bervariasi.
3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.

Generalisasi juga bisa dibedakan dari segi bentuknya ada 2(Gorys Keraf, 1994 : 44-45), yaitu :
1. Tanpa Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
Misalnya, untuk menyelidiki bagaimana sifat-sifat orang Indonesia pada umumnya, diperlukan ratusan fenomena untuk menyimpulkannya.
Contoh :
Rino suka bermain bola basket. Randy juga suka bermain bola baket. Ari suka bermain sepak bola. Dapat disimpulkan bahwa ketiga anak tersebut suka bermain bola.

2. Dengan Loncatan Induktif
Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Fakta-fakta tersebut atau proposisi yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan.
Contoh :
Niko suka bermain gitar. Ria suka bermain piano. Nina suka bermain biola. Dapat disumpulkan bahwa anak-anak komplek Pelita suka bermain alat musik.

2. Analogi
Dalam penalaran induksi analogi kita membandingkan dua hal atau lebih yang banyak persamaannya. Kita dapat menarik kesimpulan apabila sudah ada persamaan dalam berbagai segi, akan ada pula persamaan dalam bidang yang lain.

Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut:
1. Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
2. Analogi dilakukan untuk menyingkapkan kekeliruan.
3. Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.

Contoh :
Nina adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

3. Kausalitas (Sebab-Akibat)
Hubungan kausal adalah proses penalaran yang didasarkan pada gejala yang saling berhubungan sebab akibat. Menurut prinsip umum, hubungan kausal itu selalu ada penyebabnya. Penarikan simpulan yang salah terjadi karena proses penarikan simpulan yang tidak berhubungan.
Contoh : orang menghubungkan suatu gejala alam dengan supernatural, seperti pada saat Gunung Galunggung meletus dianggap sebagai kutukan atau kemarahan kekuatan gaib.

Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah yaitu sebagai berikut:
1) Sebab akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping ini pola seperti ini juga dapat menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang diaanggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap suatu akibat yang nyata.
Contoh :
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.

2) Akibat sebab
Akibat sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Kedokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab merupaka simpulan.
Contoh :
Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.

3) Akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu akibat yang lain.
Contoh :
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.




referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
http://andiakbarrachman.blogspot.com/2010/03/penalaran-induktif.html
http://dualmode.depag.go.id/file/dokumen/INDO1.pdf

Copyright © 2009 Ryas Astria All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.