1

Penalaran Deduktif

Posted by Ryas Astria on 00.00 in
Penalaran adalah suatu proses berpikir untuk menghubung-hubungkan data atau fakta-fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Supaya kesimpulan itu benar, cara kita menghubung-hubungkan data tidak boleh sembarangan.
Penalaran dibagi menjadi dua, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Pada kesempatan ini saya akan membahas penalaran deduktif.


Penalaran Deduktif


Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip, hukum, atau putusan lain yang berlaku umum untuk suatu hal atau gejala. Berdasarkan atas prinsip umum tersebut, kita dapat menarik simpulan tentang suatu yang khusus yang merupakan bagian dari hal atau gejala. Penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang umum kepada yang khusus.

Jadi, Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Penalaran deduksi tergantung pada premisnya ( proposisi tempat menarik kesimpulan ). Artinya, jika premisnya salah, mungkin akan membawa kita pada hasil yang salah. Begitu juga sebaliknya. Penarikan kesimpulan secara deduktif, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Dalam penalaran deduktif terdapat premis. Yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan.

• MENARIK SIMPULAN SECARA LANGSUNG
Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis. Dengan cara :
  • konversi,
  • obversi, dan
  • kontraposisi
Contoh kalimat :
- Semua ikan bernafas melalui insang. ( premis )
- Semua yang bernafas melalui insang adalah ikan. ( simpulan )

• MENARIK SIMPULAN SECARA TIDAK LANGSUNG
Penarikan ini ditarik dari dua premis. Premis pertama adalah premis yang bersifat umum, sedangkan yang kedua adalah yang bersifat khusus.
Contoh :
- My : Semua mahasiswa Universitas Gunadarma harus mengisi KRS.
- Mn : Rias Astria adalah mahasiswa Universitas Gunadarma.
- K : Rias Astria harus mengisi KRS.

Jenis penalaran deduksi yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu
  • Silogisme Kategorial;
  • Silogisme Hipotesis;
  • Silogisme Alternatif;
  • Entimen.
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yagn menghubungkan dua proposisi yang berlainan untuk memperoleh inferensi yang menjadi pernyataan ketiga. Kedua proposisi yang telah ada disebut premis sedangkan proposisi yang dihasilkan dari inferensi disebut konklusi.

Proposisi : Pernyataan
Inferensi : simpulan yang disimpulkan
Konklusi : kesimpulan yang diperoleh berdasarkan metode berfikir induktif atau deduktif

Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.

Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus :Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.

Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai berikut:
  • Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
  • Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
  • Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
  • Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
  • Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
  • Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
  • Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
  • Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.

Contoh silogisme Kategorial:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA

My : Tidak ada manusia yang kekal
Mn : Socrates adalah manusia
K : Socrates tidak kekal

My : Semua mahasiswa memiliki ijazah SLTA.
Mn : Amir tidak memiliki ijazah SLTA
K : Amir bukan mahasiswa

Kaidah-kaidah Silogisme Kategorial :
1. Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti:
Semua yang dibeli berkualitas bagus
Sebagian barang tidak berkualitas bagus,
Jadi Sebagian barang tidak harus dibeli
(Kesimpulan tidak boleh: Semua barang tidak harus dibeli).

2. Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:
Semua penjahat harus dihukum.
Sebagian narapidana adalah penjahat,
Jadi, Sebagian penjahat harus dihukum.
(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian penjahat tidak dihukum)

Dari dua premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil kesimpulan.
Beberapa politikus tidak jujur.
Banyak cendekiawan adalah politikus,
Jadi, banyak cendekiawan tidak jujur.

3. Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak mendapat kesimpulan apa pun, karena tidak ada mata rantainya hubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpul diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah.
Kerbau bukan barang.
Kucing bukan barang
.….. (Tidak ada kesimpulan)

4. Paling tidak salah satu dari term penengah haru: (mencakup). Dari dua premis yang term penengahnya tidak term menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti:
Semua ilmuwan bertangan dingin.
Albert Einstein bertangan dingin
Jadi, Albert Einstein adalah ilmuwan.
(Padahal bisa juga ilmuwan lain)

5. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti
Kerbau adalah binatang.
Kambing bukan kerbau.
Jadi: Kambing bukan binatang.
(‘Binatang’ pada konklusi merupakan term negatif sedang-kan pada premis adalah positif)

6. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna maka kesimpulan menjadi lain, seperti:
Bulan itu bersinar di langit.
Januari adalah bulan.
Jadi: Januari bersinar di langit.
(Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis mayorberarti planet yang mengelilingi bumi).

7. Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term menengah ( middle term ), begitu juga jika terdiri dari dua atau lebih dari tiga term tidak bisa diturunkan konklusinya.

Silogisme Hipotesis: Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.

My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati.
Mn : Makhluk hidup itu mati.
K : Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.

Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotesis:
1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya memakai payung.
Sekarang hujan.
Jadi saya memakai payung.

2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila cerah, matahari akan bersinar.
Sekarang matahari telah bersinar.
Jadi .

3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.

4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Kaidah-kaidah Silogisme Hipotesis:
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.

Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen .engan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan berikut:
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.( benar = terlaksana)
Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan tidak membubung tinggi (tidak sah = salah)
Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau faktor lain.

Silogisme Alternatif : Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
K : Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung.

Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus, jadi
la bukan tidak lulus.

Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
Hasan di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi di pasar.

Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu:
1) Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain, seperti:
la berada di luar atau di dalam.
Ternyata tidak berada di luar.
Jadi ia berada di dalam.
Ia berada di luar atau di dalam.
ternyata tidak berada di dalam.
Jadi ia berada di luar.

2) Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain, seperti:
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di masjid.
Jadi ia tidak berada di sekolah.
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di sekolah.
Jadi ia tidak berada di masjid.

Kaidah-kaidah Silogisme Disyungtif:
1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid, seperti :
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata berbaju putih.
Jadi ia bukan tidak berbaju putih.
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata ia tidak berbaju putih.
Jadi ia berbaju non-putih.

2. Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar), seperti:
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah pelaut.
Jadi bukan guru

b. Bila premis minor mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah), seperti:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Budi menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa j’adi ia seorang pedagang).

Entimem
Silogisme jarang kita temukan di dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga dalam wujud tulisan. Bentuk yang biasa kita temukan adalah bentuk entimem. Entimem ini pada dasarnya adalah silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena telah diketahui bersama. Entimem diketahui pula sebagai silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu telah diketahui secara umum. Silogisme dapat dijadikan entimen, dan entimem dapat dijadikan silogisme. Perhatikan contoh berikut.
(1) [1] Semua sarjana adalah orang cerdas.
[2] Roni adalah seorang sarjana.
[3] Jadi, Roni adalah orang cerdas.

Bandingkan dengan
(2) Roni adalah orang cerdas karena ia (adalah) seorang sarjana.
Atau dari entimen menjadi silogisme, seperti pada contoh berikut.
(1) Saya telah melahirkan anak ini, karena itu saya berkewajiban merawatnya.
menjadi
(2) [1] Semua perempuan melahirkan anak.
[2] Saya perempuan.
[3] Jadi, saya melahirkan anak.

Atau (3) [1] Semua yang melahirkan anak berkewajiban merawatnya.
[2] Saya melahirkan anak.
[3] Jadi, saya berkewajiban merawatnya.

Perhatikanlah ada premis yang dihilangkan, yakni premis mayor, karena telah diketahui bersama. Premis mayor ini tidak diungkapkan, karena telah diketahui bersama, sehingga entimen terdiri atas dua kalimat, seperti pada contoh di atas, yakni:
(4) [1] Saya telah melahirkan anak ini.
[2] (karena itu) saya berkewajiban merawatnya.

Simpulan ditandai dengan diksi: karena itu pada contoh tersebut. Di dalam simpulan antara lain digunakan diksi: (oleh) karena itu, dengan demikian, jadi, dan maka.


referensi :
http://andriksupriadi.wordpress.com/2010/04/01/pengertian-silogisme/
Penalaran_sebagai_cara_merumuskan_masalah.doc
Penalaran.ppt
INDO1.pdf






1 Comments


thanks yoo kaka artikelnya ,berguna cekalle . sederhana tapi gampang dimengerti :)

Posting Komentar

Copyright © 2009 Ryas Astria All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.