0

KERANGKA KARANGAN (OUTLINE)

Posted by Ryas Astria on 04.11 in
Pengertian :

Kerangka Karangan adalah rencana garis besar karangan berdasarkan tingkat kepentingannya, pokok-pokok yang akan dibicarakan, pedoman bagi pembaca untuk mengetahui isi suatu karangan. Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur


Manfaat Kerangka Karangan Bagi Penulis :

a. Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.

b. Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan- gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.

c. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.

d. Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.

e. Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.


Macam-macam Pola Susunan Kerangka Karangan :


A. Pola alamiah
1. Kronologis ( waktu )
Urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap – tahap kejadian. Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contohnya : Topik ( riwayat hidup seorang penulis )
- asal usul penulis
- pendidikan si penulis
- kondisi kehidupan penulis
- karir penulis

2. Spasial ( ruang )
Landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasanya di gunakan dalam tulisan – tulisan yang bersifat deskriptif .

3. Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal dengan bagian – bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian – bagian itu harus di jelaskan berturut – turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian – bagiannya itu.

B. Pola logis berdasar:

1) Klimaks – Anti Klimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol. Bila posisi yang paling penting itu berada pada akhir rangkaian maka urutan ini disebut kilimaks. Urutan yang merupakan kebalikan dari klimaks adalah anti klimaks.

2) Urutan kausal
Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab. Pada pola pertama suatu masalah dianggap sebagai sebab, yang kemudian dilanjutkan dengan perician-perincian yang menelusuri akibat-akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan-persoalan yang dihadapi umat manusia pada umumnya. Sebaliknya, bila suatu masalah dianggap sebagai akibat, yang dilandaskan dengan perincian-perincian yang berusaha mancari sebab-sebab yang menimbulkan masalah tadi, maka urutannya merupakan akibat sebab.

3) Urutan Pemecahan Masalah
Urutan pemecahan masalah dimulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut. Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut secara tuntas, penulis harus benar-benar menemukan semua sebab baik yang langsung maupun yang tidak langsung bertalian dengan masalah tadi. Setiap masalah tersebut tidak bisa hanya terbatas pada penemuan sebab-sebab, tetapi juga harus menemukan semua akibat baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kelak.

4) Umum – Khusus
Urutan umum khusus terdiri dari dua corak yaitu corak dari umum ke khusus atau corak dari khusus ke umum. Urutan yang bergerak dari umum ke khusus pertama-tama memperkenalkan kelompok-kelompok yang paling besar atau yang paling umum kemudian menelusuri kelompok- kelompok kecil atau khusus. Urutan khusus umum merupakan kebalikan dari urutan diatas.

5) Urutan Familiaritas
Dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang dikenal atau belum dikenal. Dalam keadaan-keadaan tertentu cara ini misalnya diterapkan dengan mempergunakan analogi.

6) Urutan Akseptabilitas
Urutan ini mirip dengan urutan familiaritas, hanya saja urutan ini mempersoalkan apakah suatu gagasan itu diterima atau ditolak oleh para pembaca, apakah disetujui atau tidak oleh para pembaca.


Sistem penomoran kerangka karangan :

Dalam penomoran Angka dan Abjad dalam Bahasa Indonesia harus diperhatikan beberapa hal berikut yaitu :

Romawi Kecil
Penomoran dengan memakai romawi kecil dipakai untuk halaman judul, abstrak, kata pengantar atau prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar singkatan dan lambang.

Romawi besar
Angka Romawi besar digunakan untuk menomori tajuk bab (bab pendahuluan, bab teoretis, bab metode dan objek penelitian, bab analisis data, dan bab penutup).

Penomoran dengan Angka Arab
Penomoran dengan angka Arab (0―9) dimulai bab I sampai dengan daftar pustaka.

Letak Penomoran
Setiap penomoran yang bertuliskan dengan huruf kapital, nomor halaman diletakkan atau berada di tengah-tengah, sedangkan untuk nomor selanjutnya berada di tepi batas (pias) kanan atas.

Sistem Penomoran
Sistem penomoran dengan angka arab mempergunakan sistem digital. Angka terakhir dalam sistem digital tidak diberikan titik seperti :
1.1 Latar Belakang Masalah,
3.2.2 Sejarah dan Perkembangan PT Telkom.
Akan tetapi, bila satu angka diberi tanda titik seperti :
1. Pendahuluan,
2. Landasan Teori dll. (dalam makalah).
Apabila ada penomoran sistem digital antara angka Arab dengan huruf, harus dicantumkan titik seperti :
3.2.2.a. Sistem penomoran pada dasarnya mengikuti kaidah Ejaan yang Disempurnakan.

Sistem Campuran Huruf dan Angka.
I . Angka Romawi Besar untuk BAB
A. Huruf Romawi Besar untuk Sub Bab
1. Angka Arab besar
a. Huruf Romawi Kecil
i. Angka Romawi Kecil
(a) Huruf Romawi Kecil Berkurung
(1) Angka Arab Berkurung

2. Sistem Angka Arab (dengan digit). Letak tipografinya sbb :
1.
1.1
1.1.1
1.1.1.1

2.
2.1
2.1.1
dst.



Sumber :
pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files.../99009-3-742122286959.doc
http://sitompulke17.wordpress.com/2009/12/22/outlinekerangka-karangan/

0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 Ryas Astria All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.