0

Database Management System (DBMS)

Posted by Ryas Astria on 21.07 in

Database Management System (DBMS) adalah seperangkat program komputer yang mengendalikan pembuatan, pemeliharaan, dan penggunaan database . Hal ini memungkinkan organisasi untuk menempatkan kontrol pengembangan database di tangan database administrator (DBA) dan spesialis lainnya. Sebuah DBMS adalah perangkat lunak sistem paket yang membantu penggunaan koleksi terintegrasi catatan data dan file yang dikenal sebagai database. Hal ini memungkinkan program aplikasi user yang berbeda untuk dengan mudah mengakses database yang sama. DBMSs dapat menggunakan salah satu dari berbagai model database , seperti model jaringan atau model relasional . Dalam sistem yang besar, sebuah DBMS memungkinkan pengguna dan perangkat lunak lain untuk menyimpan dan mengambil data dengan terstruktur cara. Daripada harus menulis program komputer untuk mengekstrak informasi, pengguna dapat mengajukan pertanyaan sederhana dalam bahasa query. Dengan demikian, banyak paket DBMS menyediakan bahasa pemrograman generasi-Keempat (4GLs) dan pengembangan aplikasi fitur lainnya. Ini membantu untuk menentukan organisasi logis untuk database dan mengakses dan menggunakan informasi di dalam database. Ini menyediakan fasilitas untuk mengontrol akses data , menegakkan integritas data , mengelola konkurensi, dan memulihkan database dari backup. Sebuah DBMS juga menyediakan kemampuan untuk secara logis menyajikan informasi database untuk pengguna.
Komponen
  • DBMS Engine menerima permintaan logis dari berbagai subsistem DBMS lainnya, mengkonversi mereka menjadi setara fisik, dan benar-benar mengakses database dan kamus data karena mereka ada pada perangkat penyimpanan.
  • Data Definition Subsistem membantu pengguna membuat dan memelihara data kamus dan menentukan struktur file dalam database.
  • Subsistem Manipulasi Data membantu pengguna untuk menambah, mengubah, dan menghapus informasi dalam database dan query untuk informasi yang berharga. Perangkat lunak dalam subsistem manipulasi data yang paling sering antarmuka utama antara pengguna dan informasi yang terkandung dalam database. Hal ini memungkinkan pengguna untuk menentukan persyaratan logis informasi.
  • Aplikasi Generasi Subsistem berisi fasilitas untuk membantu pengguna mengembangkan aplikasi-intensif transaksi. Hal ini biasanya mengharuskan pengguna melakukan serangkaian rinci tugas untuk memproses transaksi. Ini memfasilitasi mudah menggunakan layar entri data, bahasa pemrograman, dan interface.
  • Administrasi Data Subsystem membantu pengguna mengelola lingkungan database secara keseluruhan dengan menyediakan fasilitas untuk backup dan recovery, manajemen keamanan, optimasi query, kontrol konkurensi, dan manajemen perubahan.
Bahasa Pemodelan
Sebuah bahasa model adalah pemodelan data bahasa untuk mendefinisikan skema database masing-masing host dalam DBMS, sesuai dengan model basis data DBMS. Sistem Manajemen Database (DBMS) dibuat untuk menggunakan salah satu dari lima struktur database untuk menyediakan akses sederhana ke informasi yang tersimpan dalam database. Kelima struktur database adalah:
  • the hierarchical model , yang model hirarki ,
  • the network model , yang model jaringan ,
  • the relational model , yang model relasional ,
  • the multidimensional model , and yang model multidimensi , dan
  • the object model . yang model obyek .
Daftar terbalik dan metode lain juga digunakan. Sebuah sistem manajemen basis data yang diberikan dapat memberikan satu atau lebih dari lima model. Struktur yang optimal tergantung pada organisasi alami data aplikasi, dan pada persyaratan aplikasi, termasuk kurs transaksi (kecepatan), kehandalan, rawatan, skalabilitas, dan biaya.
Struktur hirarki digunakan dalam DBMS mainframe awal. Hubungan Records 'bentuk model treelike. Struktur ini sederhana namun nonflexible karena hubungan terbatas pada hubungan satu-ke-banyak. IBM sistem IMS dan Mobile RDM adalah contoh sistem basis data hirarki dengan beberapa hirarki atas data yang sama. RDM Mobile adalah embedded database baru dirancang untuk sistem komputer mobile. Struktur hirarkis digunakan terutama saat ini untuk menyimpan informasi geografis dan sistem file.
Struktur jaringan yang terdiri dari hubungan yang lebih kompleks. Berbeda dengan struktur hirarkis, dapat berhubungan dengan banyak catatan dan akses mereka dengan mengikuti salah satu dari beberapa jalan. Dengan kata lain, struktur ini memungkinkan untuk hubungan banyak-ke-banyak.
Struktur relasional adalah yang paling umum digunakan saat ini. Hal ini digunakan oleh mainframe, midrange dan sistem komputer mikro. Ini menggunakan dua dimensi baris dan kolom untuk menyimpan data. Tabel catatan dapat dihubungkan oleh nilai-nilai kunci yang sama. Ketika bekerja untuk IBM, EF Codd dirancang struktur ini pada tahun 1970. Model ini tidak mudah bagi pengguna akhir untuk menjalankan query dengan karena mungkin memerlukan kombinasi kompleks banyak tabel.
Struktur multidimensi mirip dengan model relasional. Dimensi model kubus-seperti memiliki data yang berhubungan dengan unsur-unsur di setiap sel. Struktur ini memberikan tampilan spreadsheet seperti data. Struktur ini mudah untuk mempertahankan karena catatan disimpan sebagai atribut fundamental - dengan cara yang sama mereka dilihat - dan struktur yang mudah dipahami. Its kinerja tinggi telah membuatnya menjadi struktur database yang paling populer ketika datang untuk memungkinkan pengolahan analisis online (OLAP).
Para berorientasi struktur obyek memiliki kemampuan untuk menangani grafik, gambar, suara dan teks, jenis data, tanpa difficultly tidak seperti struktur database lain. Struktur ini sangat populer untuk multimedia berbasis aplikasi Web. Hal ini dirancang untuk bekerja dengan bahasa pemrograman berorientasi-objek seperti Jawa .
Model yang dominan pada hari ini pakai adalah hoc satu iklan tertanam di SQL , meskipun keberatan puritan yang percaya model ini adalah korupsi dari model relasional karena melanggar beberapa prinsip dasar demi kepraktisan dan kinerja. Banyak DBMSs juga mendukung Open Database Connectivity API yang mendukung cara standar bagi programmer untuk mengakses DBMS.
Sebelum pendekatan manajemen database, organisasi bergantung pada sistem pengolahan file untuk mengatur, menyimpan, dan mengolah data file. Pengguna akhir mengkritik pengolahan file karena data disimpan dalam file yang berbeda dan masing-masing diselenggarakan dengan cara yang berbeda. Setiap file yang khusus untuk digunakan dengan aplikasi spesifik. Pengolahan File besar, mahal dan nonflexible ketika datang untuk memasok data yang diperlukan cepat dan akurat. Data redundansi masalah dengan sistem pengolahan file karena file-file data independen menghasilkan duplikasi data sehingga ketika update yang diperlukan setiap file terpisah akan perlu diperbarui. Masalah lainnya adalah kurangnya integrasi data. Data ini tergantung pada data lain untuk mengatur dan menyimpannya. Terakhir, tak ada konsistensi atau standarisasi data dalam suatu sistem pengolahan file yang membuat pemeliharaan sulit. Untuk alasan ini, pendekatan manajemen database dihasilkan.
Struktur Data
Struktur data ( field , catatan , file dan benda) dioptimalkan untuk menangani dengan jumlah yang sangat besar data yang tersimpan pada permanen perangkat penyimpan data (yang berarti akses relatif lambat dibandingkan dengan memori utama volatile ).
Bahasa Query Database
Sebuah bahasa database query dan laporan objek memungkinkan pengguna untuk secara interaktif menginterogasi database, menganalisis data dan memperbaruinya sesuai dengan hak pengguna data. Ini juga mengontrol keamanan database. keamanan data mencegah pengguna yang tidak sah dari melihat atau memperbarui database. Menggunakan password, pengguna yang diizinkan akses ke seluruh database atau himpunan bagian dari yang disebut subschemas. Sebagai contoh, sebuah database karyawan dapat berisi semua data tentang seorang karyawan individu, tetapi satu kelompok pengguna mungkin memiliki izin untuk melihat data penggajian saja, sementara yang lain diperbolehkan mengakses hanya bekerja sejarah dan data medis.
Jika DBMS menyediakan cara secara interaktif masuk dan update database, serta menginterogasi itu, kemampuan ini memungkinkan untuk mengelola database pribadi. Namun, tidak mungkin meninggalkan jejak audit tindakan atau menyediakan jenis pengendalian yang dibutuhkan dalam sebuah organisasi multi-user. Kontrol ini hanya tersedia ketika set program aplikasi yang disesuaikan untuk setiap entri data dan fungsi update.
Mekanisme Transaksi
Sebuah transaksi database idealnya mekanisme jaminan ASAM properti dalam rangka untuk memastikan integritas data meskipun pengguna mengakses konkuren ( kontrol concurrency ), dan kesalahan ( toleransi kesalahan ). Hal ini juga menjaga integritas data dalam database. DBMS dapat mempertahankan integritas database dengan tidak mengijinkan lebih dari satu user untuk memperbarui rekor yang sama pada waktu yang sama. DBMS dapat membantu mencegah duplikat catatan melalui kendala index yang unik, misalnya, tidak ada dua pelanggan dengan jumlah pelanggan yang sama (field kunci) dapat dimasukkan ke dalam database. Lihat ASAM properti untuk informasi lebih lanjut (redundansi penghindaran).

referensi :

0

Pengumpulan Data

Posted by Ryas Astria on 20.55 in
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.

Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).

Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan sebagainya.

Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.

Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah wawancara, observasi, dan kuisioner.

A. WAWANCARA
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.

Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif).

Wawancara terbagi menjadi:
  • Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden.
  • Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
Jenis Wawancara:
  • Wawancara langsung (face to face)
  • Wawancara tidak langsung: misalnya dengan telepon atau internet (on-line)
Kelebihan teknik wawancara:
  1. Wawancara memberikan kesempatan kepada pewawancara untuk memotivasi orang yang diwawancarai untuk menjawab dengan bebasa dan terbuka terhadap pertanyaa-pertanyaan yang diajukan.
  2. Memungkinkan pewawancara untuk mengembangkan pertanyaanpertanyaan sesuai dengan situasi yang berkembang.
  3. Pewawancara dapat menilai kebenaran jawaban yang diberikan dari gerak-gerik dan raut wajah orang yang diwawancarai.
  4. Pewawancara dapat menanyakan kegiatan-kegiatan khusus yang tidak selalu terjadi.
Kekurangan teknik wawancara:
  1. Proses wawancara membutuhkan waktu yang lama, sehingga secara relatif mahal dibandingkan dengan teknik yang lainnya.
  2. Keberhasilan hasil wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara untuk melakukan hubungan antar manusia.
  3. Wawancara tidak selalu tepat untuk kondisi-kondisi tenpat yang tertentu, misalnya di lokasi-lokasi yang ribut dan ramai.
  4. Wawancara sangat menganggu kerja dari orang yang diwawancarai bila waktu yang dimilikinya sangat terbatas.bserv

B. OBSERVASI
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.

1. Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.

2. Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.
Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian.
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa.

Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dll

Kelebihan dari observasi :
  1. Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang tinggi. Kadang observasi dilakukan untuk mengecek validitas dari data yang telah diperoleh sebelumnya dari individu-individu.
  2. Dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan, pekerjaan-pekerjaan yang rumit kadang-kadang sulit untuk diterangkan.
  3. Dapat menggambarkan lingkungan fisik dari kegiatan-kegiatan, misalnya tata letak fisik peralatan, penerangan, gangguan suara dan lain-lain.
  4. Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaaan tertentu.

Kekurangan dari observasi :
  1. Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga akan melakukan pekerjaannya dengan tidak semestinya.
  2. Pekerjaan yang sedang diamati mungkin tidak mewakili suatu tingkat kesulitan pekerjaan tertentu atau kegiatan-kegiatan khusus yang tidak selalu dilakukan atau volume-volume kegiatan tertentu.
  3. Dapat mengganggu proses yang sedang diamati.
  4. Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dari biasanya dan sering menutup-nutupi kejelekan-kejelekannya.

C. KUISIONER
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya.

Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik.

1. Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
  • Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
  • Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
  • Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan. Contoh : Terbuka : Berapa Kali Anda Ke Kampus ?..................... Tertutup : berapa kali anda ke kemapus ? (a). 1 – 2 (b). 3 – 5 dst
  • Pertanyaan tidak mendua artinya pertanyaan tidak mengandung dua arti yang akan menyulitkan responden. Contohnya : bagaimana pendapat anda tentang kondisi kelas dan kemampuan guru menjelaskan pelajaran di kelas ? Jika pertanyan mendua seperti ini sebaiknya dipecah menjadi dua pertanyaan.
  • Tidak menanyakan yang sudah lupa atau tidak menggunakan pertanyaan yang menyebabkan responden berpikir keras. Contohnya : Pertanyaan keadaan perusahaan 10 tahun lalu ?. Umumnya pertanyaan seperti ini akan menyebabkan responden berpikir keras untuk mengingat-ingat kondisi yang terjadi di masa lalu.
  • Pertanyaan tidak menggiring responden. Contohnya : Apakah anda setuju jika kesejahteraan karyawan ditingkatkan ?..jawabannya pasti.....Ya Iyaalaaah. Atau pertanyan seperti ”Perlukah diambil tindakan tegas pada aparat hukum yang melakukan korupsi ??”....he.he.he...
  • Pertanyaan tidak boleh tertalu panjang atau terlalu banyak. Kalau terlalu panjang atau terlalu banyak akan menyebabkan responden merasa jenuh untuk mengisinya.
  • Urutan pertanyaan dimulai dari yang umum sampai ke spesifik, atau dari yang mudah menuju ke yang sulit, atau di acak.

2. Prinsip Pengukuran memuat seperangkat ujicoba instrumen. Artinya, sebelum menyebarkan angket, perlu dilakukan beberapa percobaan sehingga selain diketahui validitas dan reliabilitasnya, juga akan diperoleh estimasi waktu pengerjaan, tingkat kesulitan dan berbagai hal lainnya.

3. Penampilan Fisik merupakan salah satu daya tarik dan keseriusan responden dalam mengisi angket. Namun tentu saja, angket yang bagus, terkesan resmi tentunya memerlukan biaya yang lebih besar dibanding angket yang di cetak di atas kertas seadanya.

Kuesioner dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
  1. Kuesioner tertutup. Setiap pertanyaan telah disertai sejumlah pilihan jawaban. Responden hanya memilih jawaban yang paling sesuai.
  2. Kuesioner terbuka. Dimana tidak terdapat pilihan jawaban sehingga responden haru memformulasikan jawabannya sendiri.
  3. Kuesioner kombinasi terbuka dan tertutup. Dimana pertanyaan tertutup kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.
  4. Kuesioner semi terbuka. Pertanyaan yang jawabannya telah tersusun rapi, tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban.
Kelebihan dari Kuisioner :
  1. Bila lokasi responden jaraknya cukup jauh, metode pengumpulan data yang paling mudah adalah dengan kuisioner.
  2. Pertanyaan-pertanyan yang sudah disiapkan adalah merupakan waktu yang efisien untuk menjangkau responden dalam jumlah banyak.
  3. Dengan kuisioner akan memberi kesempatan mudah pada responden untuk mendiskusikan dengan temannya apabila menemui pertanyaan yang sukar dijawab.
  4. Dengan kuisioner responden dapat lebih leluasa menjawabnya dimana saja, kapan saja, tanpa terkesan terpaksa.
Kekurangan dari Kuisioner :
  1. Apabila penelitian membutuhkan reaksi yang sifatnya spontan dengan metode ini adalah kurang tepat.
  2. Metode ini kurang fleksibel, kejadiannya hanya terpancang pada pertanyaan yang ada.
  3. Jawaban yang diberikan oleh responden akan terpengaruh oleh keadaan global dari pertanyaan. Sangat mungkin jawaban yang sudah diberikan di atas secara spontan dapat berubah setelah melihat pertanyaan dilain nomor.
  4. Sulit bagi peneliti untuk mengetahui maksud dari apakah sudah responden sudah terjawab atau belum.
  5. Ada kemungkinan terjadi respons yang salah dari responden. Hal ini terjadi karena kurang kejelasan pertanyaan atau karena keragu-raguan responden menjawab.



Sumber:
http://www.scribd.com/doc/25969483/Teknik-Pengumpulan-Data
http://ssiregar.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/7102/06_pengumpulan_data.pdf
http://sevli074.wordpress.com/2009/01/25/teknik-pengumpulan-data/
http://farelbae.wordpress.com/catatan-kuliah-ku/pengertian-pengumpulan-data/


0

Tahapan Menulis Karya Tulis Ilmiah

Posted by Ryas Astria on 09.05 in
Dalam menulis suatu karya tulis ilmiah dibutuhkan beberapa tahap sebagai berikut:

1. Memilih Topik dan Tema
Topik (bahasa Yunani:topoi) adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan atau lebih dikenal dengan dengan topik pembicaraan. Topik adalah hal yang pertama kali ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan.

Wahab (1994:4) menyebutkan bahwa yang dimaksud topik adalah bidang medan atau lapangan masalah yang akan digarap dalam karya tulis atau penelitian. Sementara itu, tema diartikan sebagai pernyataan sentral atau pernyataan inti tentang topik yang akan ditulis. Topik yang memang masih terlalu luas harus dibatasi menjadi sebuah tema.

Syarat-syarat topik yang baik :
* Topik harus menarik perhatian penulis.
* Topik harus diketahui/dipahami penulis.
* Jangan terlalu baru, teknis, dan kontroversial.
* Bermanfaat.
* Jangan terlalu “Luas”.
* Topik yang dipilih harus berada disekitar kita.
* Topik yang dipilih harus yang menarik.
* Topik yang dipilih ruang lingkup sempit dan terbatas.
* Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif.
* Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya.
* Topik yang dipilih memiliki sumber acuan.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan topik adalah :
a. Isu-isu yang masih hangat.
b. Peristiwa-peristiwa nasional atau internasional.
c. Sesuatu (benda, karya, orang, dan lain-lain) yang dikaitkan dengan permasalahan politik, pendidikan, agama, dan lain-lain.
d. Pengalaman-pengalaman pribadi yang berbobot.

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pemilihan topik adalah:

a.Area Topik
Area topik memuat cakupan masalah yang akan diangkat dalam penulisan karya tulis ilmiah. Topik lebih luas daripada judul, karena topik mencakup isi pokok dan area yang akan dibahas dan ditulis.

b.Keterbatasan
Keterbatasan yang sering ditemui dalam pemilihan topik, seringkali adalah keterbatasan yang disesuaikan dengan: 1)minat, 2)kemampuan dilaksanakan, 3) kemudahan dilaksanakan, 4) kemudahan dibuat menjadi masalah yang lebih luas, dan 5) manfaat.

2. Mengumpulkan Bahan
Setelah memilih topik dan menentukan tema penulisan, penulis mulai mengumpulkan bahan. Bahan bisa didapatkan dari berbagai media cetak maupun elektronika. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan terutama yang relevan dengan topik dan tema yang akan ditulis. Pemilihan bahan yang relevan ini bisa dengan cara membaca atau mempelajari bahan secara sepintas serta menilai kualitas isi bahan. Bahan yang sudah terkumpul tersebut bisa dimanfaatkan untuk memperkaya pengetahuan penulis dan sebagai landasan teoretis dari karya tulis tersebut.

3. Survei Lapangan
Langkah ini adalah melakukan pengamatan atas obyek yang diteliti. Menetapkan masalah dan tujuan yang akan diteliti dan dijadikan karya ilmiah. Langkah ini merupakan titik acuan Anda dalam proses penulisan atau penelitian.

4. Merencanakan Kerangka Penulisan
Setelah memilih topik dan menentukan tema penulisan, serta mengumpulkan bahan yang relevan, penulis mulai merencanakan susunan kerangka penulisan. Wahab (1994:29) menyebutkan tiga alasan penulis perlu menyusun kerangka penulisan. Tiga alasan tersebut adalah: (1) penyusunan kerangka dapat membantu penulis mengorganisasikan ide-idenya, (2) penyusunan kerangka mempercepat proses penulisan, dan (3) penyusunan kerangka dapat meningkatkan kualitas bahasa.

5. Penulisan Karya Ilmiah
Setelah kerangka penulisan karya ilmiah tersusun, langkah selanjutnya yang dilakukan penulis adalah mengembangkan kerangka penulisan karya ilmiah tersebut menjadi paragraf-paragraf pengembangan. Pengembangan sebuah paragraf harus memperhatikan hal-hal berikut ini.
(1) Pilihan kata dalam setiap kalimat dalam paragraf.
(2) Kalimat-kalimat dalam paragraf harus saling mendukung (tidak ada kalimat sumbang, yakni yang tidak mendukung ide pokok dalam paragraf).
(3) Setiap paragraf mengandung satu ide pokok yang dikembangkan dengan beberapa ide penjelas.
(4) Bahasa yang digunakan mengikuti kaidah yang berlaku.
(5) Ejaan dan tanda baca harus diperhatikan.
(6) Ada keterpaduan antara paragraf satu dengan paragraf berikutnya.

6. Penyuntingan, Revisi, dan Draf Final
Setelah kerangka dikembangkan menjadi beberapa paragraf dengan memperhatikan beberapa hal dalam pengembangannya, kegiatan berikutnya adalah penyuntingan. Penyuntingan ini dapat dilakukan oleh penulis itu sendiri, dapat juga dengan bantuan orang lain. Proses penyuntingan ini meliputi beberapa unsur, yaitu:
(a) teknis penulisan (sistematika, ejaan, dan tanda baca),
(b) kalimat,
(c) paragraf,
(d) bahasa, dan
(e) isi. Setelah melalui proses penyuntingan ini, penulis mulai merevisi karya tulisnya. Pada akhirnya, draf final karya tulis ilmiah tersebut dapat disusun dan dipublikasikan.



Sumber:
http://pyia.wordpress.com/2011/03/25/tahapan-dalam-menulis-karya-tulis-ilmiah/
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2060113-langkah-langkah-penulisan-kti/
http://akudewii.wordpress.com/2011/03/09/tahapan-dalam-menulis-karya-tulis-ilmiah/

0

Metode Ilmiah

Posted by Ryas Astria on 06.08 in
Pengertian :
Metode:
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Ilmiah:
Ilmiah : bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Diatur oleh atau sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu pasti: prosedur ilmiah. Sistematis atau akurat dalam cara ilmu pasti.

Metode Ilmiah:
Metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan sebagainya.

Menurut Almadk (1939), metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.

Menurut Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.

Kriteria Metode Ilmiah
Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:

1. Berdasarkan fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.

2. Bebas dari prasangka (bias)
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.

3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa
Dalam memahami serta member! arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.

4. Menggunakan hipotesa
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.

Macam Hipotesis
  • Hipotesa tentang hubungan adalah hipotesis yang menyatakan tentang saling hubung antara dua variabel atau lebih> Hipotesis tentang hubungan berbagai penelitian korelasi.
  • Hipotesis tentang perbedaan dalam variabel tertentu pada kelompok berbeda. Perbedaan tersebut akibat pengaruh perbedaan satu atau lebih variabel yang lain, yang mendasari penelitian komporatif.
5. Menggunakah ukuran objektif
Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.

6. Menggunakan teknik kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagai¬nya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating.

Karakteristik metode ilmiah :
  • Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah.
  • Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan buktibukti yang tersedia.
  • Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula.
  • Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
  • Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.
Tujuan
  1. Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
  2. Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.
  3. Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data yang relevan, analisis data dan interpretasi temuan, diakhiri dengan penarikan kesimpulan.

0

Karya Ilmiah dan Non Ilmiah

Posted by Ryas Astria on 05.52 in
Karya Ilmian dan Non Ilmiah

Karya Ilmiah
Pengertian:
Karya ilmiah (bahasa Inggris: scientific paper) adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.

Karya ilmiah ditulis dengan bahasa yang konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis dan dan didukung fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya.

Karya ilmiah mempunyai ciri-ciri yaitu:
  1. Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (factual objektif). Artinyasesuai dengan objek yang diteliti.
  2. Bersifat metodis dan sistematis
  3. Menggunakan ragam bahasa ilmiahyang baku dan formal, bahasanya bersifat lugas agar tidak menimbulkan penafsitan dan makna ganda.
  4. Empiris, informasi yang disampaikan bersifat faktual yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan, kajian pustaka, penelitian.
  5. Sistematis, adanya keteraturan, keterkaitan, dan ketergantungan antarbagian.
  6. Objektif, bebas dari prasangkan perorangan/pribadi.
  7. Analitis, berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian yang lebih rinci.
  8. Verifikatif, mengandung kebenaran ilmiah yang dapat diuji.

Sikap Ilmiah:
Ada tujuh sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh setiap penulis atau peneliti, yaitu :
1. Sikap Ingin Tahu, apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya, maka ia beruasaha mengetahuinya. Senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa.

2. Sikap Kritis, tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan. Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain. Bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.

3. Sikap obyektif, melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.

4. Sikap ingin menemukan, selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru. Selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.

5. Sikap menghargai karya orang lain, tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.

6. Sikap tekun, tidak bosan mengadakan penyelidikan. Bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan. Tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum selesai. Terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.

7. Sikap terbuka, bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.

Macam-macam Karya Ilmiah:
1. Artikel Ilmiah Popular
Dinamakan ilmiah populer karena ditulis bukan untuk keperluan akademik tetapi dalam menjangkau pembaca khalayak. Karena itu aturan-aturan penulisan ilmiah tidak begitu ketat. Artikel ilmiah popular biasanya dimuat di surat kabar atau majalah. Artikel dibuat berdasarkan berpikir deduktif atau induktif, atau gabungan keduanya yang bisa ‘dibungkus’ dengan opini penulis.

Contoh kata ilmiah kata popular :
  • Analogi kiasan
  • Anarki kekacauan
  • Bibliografi daftar pustaka
  • Biodata biografi singkat
  • Definisi batasan

2. Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah, bisa ditulis secara khusus, bisa pula ditulis berdasarkan hasil penelitian seperti skripsi, tesis, disertasi, atau penelitian lainnya dalam bentuk lebih praktis. Artikel ilmiah dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah. Kekhasan artikel ilmiah adalah pada penyajiannya yang tidak panjang lebar tetapi tidak megurangi nilai keilmiahannya.

3. Disertasi
Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat Doktor. Gelar Doktor (Ph.D) dimungkinkan manakala mahasiswa (S3) telah mempertahankan disertasi dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang terdiri dari profesor atau Doktor dibidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci.

4. Tesis
Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Mahasiswa melakukan penelitian mandiri, menguji satu atau lebih hipotesis dalam mengungkapkan ‘pengetahuan baru’.

5. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Bobotnya 6 satuan kredit semster (SKS) dan dalam pengerjakannya dibantu dosen pembimbing. Dosen pembimbing berperan ‘mengawal’ dari awal sampai akhir hingga mahasiswa mampu mengerjakan dan mempertahankannya pada ujian skripsi.
Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.

6. Kertas Kerja
Kertas kerja pada prinsipnya sama dengan makalah. Kertas kerja dibuat dengan analisis lebih dalam dan tajam. Kertas kerja ditulis untuk dipresentasikan pada seminar atau lokakarya, yang biasanya dihadiri oleh ilmuwan. Pada ‘perhelatan ilmiah’ tersebut kertas kerja dijadikan acuan untuk tujuan tertentu. Bisa jadi, kertas kerja ‘dimentahkan’ karena lemah, baik dari susut analisis rasional, empiris, ketepatan masalah, analisis, kesimpulan, atau kemanfaatannya.

7. Makalah
Makalah, dalam tradisi akademik, adalah karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling ‘soft’ dari jenis karya ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau bahasan keilmuannya, adakalanya lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh ilmuwan dibanding skripsi mahasiswa.

Karya Non Ilmiah
Pengertian:
Karya non ilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum, ditulis berdasarkan fakta pribadi, umumnya bersifat subyektif, gaya bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan popular.

Ciri-ciri Karangan Non Ilmiah :

1. Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum.

2. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif.

3. ahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.

Karya non ilmiah bersifat, yaitu :
1. Emotif
Kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.

2. Persuasi
Penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informatif.

3. Deskriptif
Pendapat pribadi, sebagian imajinasi dan subjektif.

4. Kritik tanpa dukungan bukti.

Macam-macam Karya Non Ilmiah
1. Dongeng
Merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, diakhir cerita biasanya mengandung pesan moral.

2. Cerpen
Suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek yang cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.

3. Novel
Sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita.

4. Drama
Adalah suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh actor.

5. Roman
Adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.




Referensi :
http://www.scribd.com/doc/44371308/Karya-Ilmiah-Dan-Non-Ilmiah-docx-by-Elvin
http://id.wikipedia.org/wiki/Karya_ilmiah
http://fuad30.blog.friendster.com/
http://noorifada.files.wordpress.com/
http://skinhead4life-carigaragara.blogspot.com/2010/03/hakikat-karya-ilmiah-ciri-ciri-karya.html
http://noorifada.files.wordpress.com/2008/09/2-mpi-karya-ilmiah.pdf

1

Penalaran Deduktif

Posted by Ryas Astria on 00.00 in
Penalaran adalah suatu proses berpikir untuk menghubung-hubungkan data atau fakta-fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Supaya kesimpulan itu benar, cara kita menghubung-hubungkan data tidak boleh sembarangan.
Penalaran dibagi menjadi dua, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Pada kesempatan ini saya akan membahas penalaran deduktif.


Penalaran Deduktif


Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip, hukum, atau putusan lain yang berlaku umum untuk suatu hal atau gejala. Berdasarkan atas prinsip umum tersebut, kita dapat menarik simpulan tentang suatu yang khusus yang merupakan bagian dari hal atau gejala. Penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang umum kepada yang khusus.

Jadi, Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Penalaran deduksi tergantung pada premisnya ( proposisi tempat menarik kesimpulan ). Artinya, jika premisnya salah, mungkin akan membawa kita pada hasil yang salah. Begitu juga sebaliknya. Penarikan kesimpulan secara deduktif, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Dalam penalaran deduktif terdapat premis. Yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan.

• MENARIK SIMPULAN SECARA LANGSUNG
Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis. Dengan cara :
  • konversi,
  • obversi, dan
  • kontraposisi
Contoh kalimat :
- Semua ikan bernafas melalui insang. ( premis )
- Semua yang bernafas melalui insang adalah ikan. ( simpulan )

• MENARIK SIMPULAN SECARA TIDAK LANGSUNG
Penarikan ini ditarik dari dua premis. Premis pertama adalah premis yang bersifat umum, sedangkan yang kedua adalah yang bersifat khusus.
Contoh :
- My : Semua mahasiswa Universitas Gunadarma harus mengisi KRS.
- Mn : Rias Astria adalah mahasiswa Universitas Gunadarma.
- K : Rias Astria harus mengisi KRS.

Jenis penalaran deduksi yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu
  • Silogisme Kategorial;
  • Silogisme Hipotesis;
  • Silogisme Alternatif;
  • Entimen.
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yagn menghubungkan dua proposisi yang berlainan untuk memperoleh inferensi yang menjadi pernyataan ketiga. Kedua proposisi yang telah ada disebut premis sedangkan proposisi yang dihasilkan dari inferensi disebut konklusi.

Proposisi : Pernyataan
Inferensi : simpulan yang disimpulkan
Konklusi : kesimpulan yang diperoleh berdasarkan metode berfikir induktif atau deduktif

Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.

Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus :Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.

Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai berikut:
  • Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
  • Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
  • Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
  • Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
  • Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
  • Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
  • Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
  • Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.

Contoh silogisme Kategorial:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA

My : Tidak ada manusia yang kekal
Mn : Socrates adalah manusia
K : Socrates tidak kekal

My : Semua mahasiswa memiliki ijazah SLTA.
Mn : Amir tidak memiliki ijazah SLTA
K : Amir bukan mahasiswa

Kaidah-kaidah Silogisme Kategorial :
1. Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti:
Semua yang dibeli berkualitas bagus
Sebagian barang tidak berkualitas bagus,
Jadi Sebagian barang tidak harus dibeli
(Kesimpulan tidak boleh: Semua barang tidak harus dibeli).

2. Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:
Semua penjahat harus dihukum.
Sebagian narapidana adalah penjahat,
Jadi, Sebagian penjahat harus dihukum.
(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian penjahat tidak dihukum)

Dari dua premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil kesimpulan.
Beberapa politikus tidak jujur.
Banyak cendekiawan adalah politikus,
Jadi, banyak cendekiawan tidak jujur.

3. Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak mendapat kesimpulan apa pun, karena tidak ada mata rantainya hubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpul diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah.
Kerbau bukan barang.
Kucing bukan barang
.….. (Tidak ada kesimpulan)

4. Paling tidak salah satu dari term penengah haru: (mencakup). Dari dua premis yang term penengahnya tidak term menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti:
Semua ilmuwan bertangan dingin.
Albert Einstein bertangan dingin
Jadi, Albert Einstein adalah ilmuwan.
(Padahal bisa juga ilmuwan lain)

5. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti
Kerbau adalah binatang.
Kambing bukan kerbau.
Jadi: Kambing bukan binatang.
(‘Binatang’ pada konklusi merupakan term negatif sedang-kan pada premis adalah positif)

6. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna maka kesimpulan menjadi lain, seperti:
Bulan itu bersinar di langit.
Januari adalah bulan.
Jadi: Januari bersinar di langit.
(Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis mayorberarti planet yang mengelilingi bumi).

7. Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term menengah ( middle term ), begitu juga jika terdiri dari dua atau lebih dari tiga term tidak bisa diturunkan konklusinya.

Silogisme Hipotesis: Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.

My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati.
Mn : Makhluk hidup itu mati.
K : Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.

Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotesis:
1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya memakai payung.
Sekarang hujan.
Jadi saya memakai payung.

2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila cerah, matahari akan bersinar.
Sekarang matahari telah bersinar.
Jadi .

3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.

4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Kaidah-kaidah Silogisme Hipotesis:
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.

Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen .engan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan berikut:
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.( benar = terlaksana)
Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan tidak membubung tinggi (tidak sah = salah)
Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau faktor lain.

Silogisme Alternatif : Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
K : Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung.

Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus, jadi
la bukan tidak lulus.

Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
Hasan di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi di pasar.

Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu:
1) Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain, seperti:
la berada di luar atau di dalam.
Ternyata tidak berada di luar.
Jadi ia berada di dalam.
Ia berada di luar atau di dalam.
ternyata tidak berada di dalam.
Jadi ia berada di luar.

2) Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain, seperti:
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di masjid.
Jadi ia tidak berada di sekolah.
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di sekolah.
Jadi ia tidak berada di masjid.

Kaidah-kaidah Silogisme Disyungtif:
1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid, seperti :
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata berbaju putih.
Jadi ia bukan tidak berbaju putih.
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata ia tidak berbaju putih.
Jadi ia berbaju non-putih.

2. Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar), seperti:
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah pelaut.
Jadi bukan guru

b. Bila premis minor mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah), seperti:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Budi menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa j’adi ia seorang pedagang).

Entimem
Silogisme jarang kita temukan di dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga dalam wujud tulisan. Bentuk yang biasa kita temukan adalah bentuk entimem. Entimem ini pada dasarnya adalah silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena telah diketahui bersama. Entimem diketahui pula sebagai silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu telah diketahui secara umum. Silogisme dapat dijadikan entimen, dan entimem dapat dijadikan silogisme. Perhatikan contoh berikut.
(1) [1] Semua sarjana adalah orang cerdas.
[2] Roni adalah seorang sarjana.
[3] Jadi, Roni adalah orang cerdas.

Bandingkan dengan
(2) Roni adalah orang cerdas karena ia (adalah) seorang sarjana.
Atau dari entimen menjadi silogisme, seperti pada contoh berikut.
(1) Saya telah melahirkan anak ini, karena itu saya berkewajiban merawatnya.
menjadi
(2) [1] Semua perempuan melahirkan anak.
[2] Saya perempuan.
[3] Jadi, saya melahirkan anak.

Atau (3) [1] Semua yang melahirkan anak berkewajiban merawatnya.
[2] Saya melahirkan anak.
[3] Jadi, saya berkewajiban merawatnya.

Perhatikanlah ada premis yang dihilangkan, yakni premis mayor, karena telah diketahui bersama. Premis mayor ini tidak diungkapkan, karena telah diketahui bersama, sehingga entimen terdiri atas dua kalimat, seperti pada contoh di atas, yakni:
(4) [1] Saya telah melahirkan anak ini.
[2] (karena itu) saya berkewajiban merawatnya.

Simpulan ditandai dengan diksi: karena itu pada contoh tersebut. Di dalam simpulan antara lain digunakan diksi: (oleh) karena itu, dengan demikian, jadi, dan maka.


referensi :
http://andriksupriadi.wordpress.com/2010/04/01/pengertian-silogisme/
Penalaran_sebagai_cara_merumuskan_masalah.doc
Penalaran.ppt
INDO1.pdf






0

Penalaran Induktif

Posted by Ryas Astria on 21.57 in
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
  • Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
  • Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

Penalaran Induktif

Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut induksi. Penalaran induksi dapat digambarkan dalam diagram berikut


Penalaran Induktif dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Generalisasi

Pada penalaran ini kita memerlukan fakta-fakta yang bersifat khusus tentu saja memiliki kesamaan, kemudian kita hubung-hubungkan sehingga mendapatkan kesimpulan.

Contoh :
Emas apabila dipanaskan memuai. Perak apabila dipanaskan memuai. Perunggu apabila dipanaskan memuai. Begitu pula dengan besi, alumunium, platina, apabila dipanaskan memuai. Semua jenis logam dipanaskan memuai.

Macam-macam Generalisasi :
Dari segi kuantitas fenomena yang menjadi dasar penyimpulan, generalisasi dibedakan menjadi 2, yaitu :
Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
contoh :
Jika ada air, manusia akan hidup.
Jika ada air, hewan akan hidup.
Jika ada air, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada air mahkluk hidup akan hidup

Generalisasi Tidak Sempurna
Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.
contoh : Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.

Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
2. Sampel harus bervariasi.
3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.

Generalisasi juga bisa dibedakan dari segi bentuknya ada 2(Gorys Keraf, 1994 : 44-45), yaitu :
1. Tanpa Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
Misalnya, untuk menyelidiki bagaimana sifat-sifat orang Indonesia pada umumnya, diperlukan ratusan fenomena untuk menyimpulkannya.
Contoh :
Rino suka bermain bola basket. Randy juga suka bermain bola baket. Ari suka bermain sepak bola. Dapat disimpulkan bahwa ketiga anak tersebut suka bermain bola.

2. Dengan Loncatan Induktif
Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Fakta-fakta tersebut atau proposisi yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan.
Contoh :
Niko suka bermain gitar. Ria suka bermain piano. Nina suka bermain biola. Dapat disumpulkan bahwa anak-anak komplek Pelita suka bermain alat musik.

2. Analogi
Dalam penalaran induksi analogi kita membandingkan dua hal atau lebih yang banyak persamaannya. Kita dapat menarik kesimpulan apabila sudah ada persamaan dalam berbagai segi, akan ada pula persamaan dalam bidang yang lain.

Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut:
1. Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
2. Analogi dilakukan untuk menyingkapkan kekeliruan.
3. Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.

Contoh :
Nina adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

3. Kausalitas (Sebab-Akibat)
Hubungan kausal adalah proses penalaran yang didasarkan pada gejala yang saling berhubungan sebab akibat. Menurut prinsip umum, hubungan kausal itu selalu ada penyebabnya. Penarikan simpulan yang salah terjadi karena proses penarikan simpulan yang tidak berhubungan.
Contoh : orang menghubungkan suatu gejala alam dengan supernatural, seperti pada saat Gunung Galunggung meletus dianggap sebagai kutukan atau kemarahan kekuatan gaib.

Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah yaitu sebagai berikut:
1) Sebab akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping ini pola seperti ini juga dapat menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang diaanggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap suatu akibat yang nyata.
Contoh :
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.

2) Akibat sebab
Akibat sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Kedokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab merupaka simpulan.
Contoh :
Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.

3) Akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu akibat yang lain.
Contoh :
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.




referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
http://andiakbarrachman.blogspot.com/2010/03/penalaran-induktif.html
http://dualmode.depag.go.id/file/dokumen/INDO1.pdf

Copyright © 2009 Ryas Astria All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.